Paradigma Adalah: Arti, Jenis, dan Contohnya

Paradigma Adalah: Arti, Jenis, dan Contohnya – Dalam membuat penelitian, seorang peneliti perlu melakukan beberapa pendekatan ilmiah agar membantu dalam memecahkan topik apa yang hendak diteliti.

Salah satu faktor yang menentukan pendekatan ilmiah baik kuantitatif atau kualitatif adalah berdasarkan paradigma. Arti paradigma dapat berbeda-beda tergantung dari sudut pandang orang yang menggunakannya.

Paradigma Adalah: Arti, Jenis, dan Contohnya
Paradigma Adalah: Arti, Jenis, dan Contohnya

Baca juga:

Pada dasarnya, paradigma adalah sebuah pemikiran atau cara kita memandang (membatasi) sesuatu yang menjadi acuan. Oleh sebab itu, paradigma ini sangat penting digunakan terutama dalam penelitian.

Pada kesempatan kali ini, Anda akan mendalami apa itu paradigma, jenis paradigma penelitian, serta contoh paradigma dalam hal Pancasila sebagai paradigma pembangunan dan paradigma administrasi publik.

Arti Paradigma Adalah?

Paradigma memiliki berbagai arti baik dari segi bahasa dan istilah yang dimukakan oleh beberapa ahli. Arti paradigma secara bahasa berasal dari Yunani dari kata “para” yang artinya di sebelah dan kata “diegma” artinya teladan atau model.

Secara definisi, paradigma juga diadaptasi dari bahasa Inggris yaitu “paradigm” yang artinya adalah suatu model atau pola. Jadi paradigma dapat dikatakan sebagai model dalam teori ilmu pengetahuan.

Secara istilah atau terminologi, menurut para ahli arti paradigma adalah sebagai berikut:

  • Capra, 1991: paradigma adalah sebuah bentuk asumsi dasar yang disertai dengan bukti pendukung terhadap apa yang diasumsikannya, dalam menggambarkan interpretasinya terhadap realitas sejarah sains.
  • Harmon dalam Moleong, 2004: paradigma adalah cara mendasar dalam memberikan persepsi, berpikir, dan menilai sesuatu yang berkaitan dengan realitas dan dunia untuk melakukan penggalian pembenaran.
  • Baker dalam Moleong, 2004: paradigma adalah aturan yang memberikan batasan-batasan, menjelaskan bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam batas-batas tersebut supaya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, arti paradigma adalah cara pandang mengenai pokok permasalahan yang fundamental yang membuat seseorang bertindak.

Paradigma digunakan pertama kali oleh Kuhn, pada tahun 1962. Paradigma ini digunakan untuk menggambarkan kerangka konsep untuk pedoman penelitian yang kemudian diterima oleh ilmuwan lainnya.

Paradigma biasa digunakan dalam penelitian. Penyusunan paradigma penelitian berfungsi sebagai keyakinan dasar berdasarkan kajian intelektual atau teori yang telah dipercaya sehingga peneliti dapat menentukan pandangan dan pemahamannya mengenai suatu fenomena serta mendapatkan solusinya.

Dalam menerapkan konsep paradigma, setiap orang memiliki paradigma yang berbeda-beda. Hal tersebut karena dalam prosesnya terdapat perbedaan dalam pemilihan teori serta metode yang dipilih untuk mencapai kebenaran.

Dalam kehidupan sehari-hari, paradigma disebut juga sebagai citra diri yang mengendalikan dan membimbing pada setiap hal dan tindakan yang Anda lakukan.

Jenis Paradigma Penelitian

Jenis paradigma penelitian dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan pendekatan, metode, dan jenis penelitian sehingga penelitiannya berkualitas.

Jenis paradigma penelitian dibagi menjadi 3, yaitu positivis, interpretif, dan kritis. Berikut penjelasan dari setiap jenis paradigma penelitian yaitu:

  1. Paradigma Positivis

Paradigma positivis lahir dari pemikiran seorang filsuf terkenal yaitu Auguste Comte. Pemikiran tersebut dituangkan dalam bukunya yang berjudul Cours de Philosophie Positive.

Dalam jenis ini, paradigma adalah ilmu yang dianggap sebagai sesuatu yang deduktif maksudnya adalah berjalan dari sesuatu yang umum dan abstrak menuju ke sesuatu yang konktit dan spesifik.

Ciri dari paradigma positivis ini ilmunya juga bersifat nomotetik. Nomotetik adalah ilmu yang didasarkan pada hukum mengenai prinsip sebab-akibat serta universal yang melibatkan berbagai variabel sehingga penganut paradigma ini berpendapat bahwa segala sesuatu harus berdasarkan fakta dan bersifat objektif.

Positivis mengukur segala sesuatu secara positif sehingga dapat dikuantifikasikan. Oleh sebab itu, paradigma positivis ini melahirkan pendekatan kuantitatif dan dapat diaplikasikan ke dalam ilmu alam maupun ilmu sosial.

  1. Paradigma Interpretif

Paradigma interpretif adalah paradigma yang melihat bagaimana masalah dikonstruksi, pola yang terjadi, serta mencari penjelasan mengenai peristiwa sosial atau budaya.

Paradigma interpretif merupakan cara pandang yang lebih besifat subjektif karena pertimbangan utamanya berdasarkan pada perspektif dan pengalaman dari orang yang diteliti.

Berkebalikan dari paradigma postivis, paradigma interpretif ciri ilmunya bersifat induktif yaitu dari spesifik menuju ke umum atau abstrak.

Secara umum, paradigma ini dilakukan dengan observasi secara langsung sehingga didapatkan fakta yang spesifik dan kontekstual yang memiliki makna yang berbeda-beda tergantung dari situasi sosialnya.

Oleh sebab itu, penggunaan paradigma ini memiliki ambiguitas yang besar serta pendekatan penelitiannya bersifat kualitatif.

  1. Paradigma Kritis

Paradigma kritis lahir dari adanya pendapat ilmuwan yang menemukan kelemahan dari paradigma sebelumnya, yaitu paradigma interpretif.

Kelemahan paradigma interpretif salah satunya adalah hanya berisi penjelasan secara deskriptif mengenai suatu ilmu. Oleh sebab itu paradigma kritis muncul tidak hanya berisi penjelasan mengenai suatu masalah, tetapi juga dibentuk melalui aksi sosial.

Dalam paradigma ini terdapat konsep kritik internal yang melihat penelitian dengan memfokuskan terhadap alasan teoritis dan metode yang dilakukan dalam pengumpulan data.

Konsep lainnya yaitu menggunakan logika yang difokuskan pada skeptisisme yang berkaitan dengan ide dan pemikiran melalui sosial historisnya.

Dengan demikian, paradigma kritis ini berpandangan bahwa untuk mendapatkan kebenaran, perlu dilakukannya hubungan antara tindakan penelitian dengan pendekatan situasi historisnya seperti situasi politik, kebudayaan, ekonomi, dsb.

Contoh paradigma penelitian ini adalah seorang peneliti datang ke sebuah desa terpencil, lalu melakukan tindakan sosialisasi dan pelatihan bagaimana melakukan pemasaran menggunakan “Pesona Nusantara” untuk memasarkan produk unggulan desa yang dilakukan bersama PKK dengan tujuan memperbaiki ekonomi agar menjadi lebih baik.

Tindakan peneliti tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan historis ekonomi.

Contoh Paradigma

Setelah Anda mengetahui arti paradigma dan jenis paradigma penelitian, maka berikut contoh macam-macam paradigma adalah:

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Pancasila adalah suatu pola pikir atau pandangan yang menjadi ideologi dasar negara Indonesia, maka pancasila disebut sebagai paradigma yang bertujuan untuk memajukan pembangunan baik dari segi ekonomi, politik, hukum, kebudayaan, dll.

Salah satu contoh Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum dapat dilihat dari adanya perlindungan HAM, adanya susunan ketatanegaraan, dan pembagian tugas dalam ketatanegaraan.

Dengan demikian, maksud dari Pancasila sebagai paradigma pembangunan adalah keyakinan dasar yang berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hasil dari pembangunan nasional.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan harus memenuhi prinsip beberapa prinsip yaitu:

  • Menghormati HAM.
  • Tidak boleh bersifat pragmatis. Artinya melakukan pembangunan tanpa mempertimbangkan kode etis.
  • Tidak boleh bersifat ideologis. Artinya melayani ideologi tertentu dan mengabaikan manusia.
  • Memperkokoh rasa persatuan.
  • Artinya melibatkan masyarakat untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat.
  • Menghindari penyelewengan negara seperti tindakan korupsi, kolusi, nepotisme.
  • Diprioritaskan pada masyarakat ekonomi lemah.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan akualisasi nilai-nilai pancasila yang objektif dan subjektif.

Arti objektif adalah melakukan realisasi pancasila pada aspek penyelenggaraan negara, sedangkan secara subjektif artinya melakukan perbuatan berdasarkan nilai pancasila pada setiap individu.

Aktualisasi subjektif sangat penting karena akan melahirkan aktualisasi objektif yang menyeluruh di masyarakat.

Paradigma Administrasi Publik

Paradigma administrasi publik adalah sebuah pandangan yang digunakan dalam mengembangkan ilmu administrasi publik. Menurut Denhard ada 3 paradigma administrasi publik yaitu Old Public Administration, New Public Management (NPM), dan New Public Service. Beikut penjelasannya:

  • Old Public Administration adalah paradigma administrasi publik yang klasik, didasarkan bagaimana pemerintah melakukan tindakan dalam hal administrasi secara baik dan beroperasi secara efektif dan efisien. Hal tersebut ditandai dengan adanya hirarki pemerintahan.
  • NPM merupakan paradigma yang menyatakan praktik manajemen sektor swasta lebih baik dari sektor publik. Oleh sebab itu kinerja sektor publik harus diadopsi dari sektor swasta. Ciri utamanya adalah perubahan dari birokrasi yang mengikuti aturan baku menjadi sistem manajemen yang fleksibel dan berorientasi kepada kepentingan umum.
  • New Public Service adalah paradigma manajemen publik dimana terdapat persamaan hak warga negara. Pelayanan publik dirumuskan berdasarkan kepentingan publik dan nilai masyarakat bukan dirumuskan oleh elit politik.

Ada tiga jenis paradigma didalam penelitian, yaitu positivis, konstruktivis, dan kritis. Penjelasan masing-masing paradigma adalah dalam video berikut:

Baca juga:



Demikian penjelasan ukulele mengenai apa itu paradigma, jenis paradigma penelitian, dan contoh paradigma. Berdasarkan uraian di atas, paradigma adalah cara pikir seseorang yang menjadi pedoman dalam tindakannya. Semoga bermanfaat!

Leave a Comment